Jumat, 31 Mei 2013

in the packing
 

(Catatan) pada 23 Oktober 2010 pukul 0:19
 
Di sini... 
Ku tulis berjuta kesaksian,
Tentang perjalanan di sketsa perjuangan,
Kenangan yang tak kan pernah bisa di lupakan.

 
Di sini...
Aku...
Berdiri bukan untuk berorasi,
Mencari sesuap nasi tanpa melobi,
Damai tanpa aksi,
Ramai tanpa diskusi,
 "WTP,111010"

Rabu, 29 Mei 2013

Entahlah...
(TOT Konselor Adiksi; Depok 2011)
 

(Catatan) pada 20 Agustus 2011 pukul 19:46
 
Senja ini,,, tak ada kata indah untuk di munajah, jiwa pun terlanjur hampa.
Senja ini,,, hanya menyambut kegelapan, biarkan kenangan terus tertawan dan hati tak juga tergerakkan.
Senja ini,,, Q cuma ingin jujur pada harapan yang terlanjur terbujur.

Aku,,,, sisa bara yang tak lagi menyala.Tiada hangat yang bisa peluhkan rasa,
Tiada cahya yang bisa pijarkan asa.
Semua hampa,,,,

Minggu, 26 Mei 2013


SURAT untuk TUHAN 




Tuhan... Aku tahu Engkau Maha Perkasa, karena itu aku tak berdaya untuk berlari dari alur cerita. Aku... bagai bola yang rela dioper kemana Engkau suka, Aku pasrah hadapi musibah yang selalu menerpa.Tuhan... Aku tahu Engkau Maha Bijaksana, karena itu aku tak pernah bertanya terhadap segala yang Engkau titah. Aku... bagai debu yang tak pernah bersedih ketika diterjang angin sepoi. Aku yakin semua juga karena aku yang pernah memintah.

Tuhan,,, Engkau Maha Adil, Kau ciptakan mata ku di depan, seakan Engkau membisikkan "tataplah selalu jalan yang ingin tempuh, jangan pernah menoleh untuk melihat masa lalu, karena waktu_Ku tak akan pernah menunggumu .

Engkau rakit otak ku demikian sempurna, lalu Engkau letakkan dia ditempat tertinggi, Engkau ajarkan aku bahwa : Akallah yang akan membawa hidup menuju istana_Mu, akal yang akan menjadi lentera sehingga menjadi mulia di pandangan_Mu.

Engkau berikan hati yang tersembunyi, sehingga aku menyadari bahwa kebenaran hakiki bukan yang terlihat oleh mata, bukan yang terdengar oleh telinga, bukan yang terasa oleh lidah, dan bukan yang terpegang oleh tangan ataupun yang terinjak oleh kaki. Kebenaran hakiki ada di tempat yang tersembunyi, bukan untuk diperdebatkan tetapi untuk di nikmati.Tuhan, perlahan aku menyadari kegamangan ini tiada muaranya jika akal terus bertanya, semestinya kubiarkan hati terus merasainya.

Tuhan, semua itu pun sudah kulakukan. Aku bersyukur di saat Engkau tuntun aku dalam risalah_Mu, aku bahagia ketika menunaikan sunnah Rasul_Mu, aku tertawa ketika engkau titipkan amanah, dan aku tidak menangis ketika semua rahmat_Mu engkau pinta. Suatu keyakinan Engkau Maha Bijaksana, demikianlah perjanjian antara aku sebagai hamba dan Engkau sebagai Pencipta.Tuhan, kini kusadari semua dan aku telah merasa bangga dan terharu Engkau lengkapi kehidupanku. Kini Engkau yang Maha Kuasa, aku telah siap untuk beristirahat di istanamu. Aku tidak meminta surga sebagai altarku, tetapi aku juga tidak menginginkan neraka sebagai selimutku. Engkau yang Maha Pengatur, aku cuma meminta perkenankan aku menyebut asma_Mu di hembus nafas terakhir.
"Subhanallah Walhamdulillah Walailaha Illallahu Allahu Akbar"  "Jambi, 21 Agustus 2011"

Jumat, 24 Mei 2013

Ketika Aku Rindu

oleh Armen Malino (Catatan) pada 1 Oktober 2009 pukul 15:32


Rinduku untuk bertemu…
Membelenggu akal ku… di ruang waktu…
Mencumbu nafsu untuk selalu mengingat-Mu.
Yaa… nafsu telah menggiring akal untuk menghayalkan-Mu…

Bismillahirrahmanirrahiem… Ucapku membuka gaun-Mu…
Perlahan… jemariku menyingkap bagian-bagian itu…
Mulutku mendesah memuja…
Akalku… terus mengalir mencumbu…

Subhanallah… Zat Maha Mulia…
Aku yang memiliki nafsu… Kau perkenalkan dengan rindu…
Aku yang rindu… Kau perkenalkan dengan ilmu…
Sehingga selalu bisa mendekatkan diri pada-Mu…

Subhanallah… Zat Maha Sempurna…
Biarkan rindu ini terus mengisi ruang waktu…
Sehingga aku…
Selalu melafalkan firman-Mu…
Untuk memuji kesempurnaan-Mu.

Kamis, 23 Mei 2013

Anonim...

oleh Armen Malino (Catatan) pada 22 Mei 2011 pukul 14:29


Seperti dedaunan yang dihinggapi embun kala fajar, sedikitpun tak pernah berharap embun tak beranjak meninggalkannya, sedikitpun tak meminta embun yang sama kembali esok untuk mencumbu bingkainya.

Seperti tanah yang membiarkan embun menjadikan altarnya sebagai peristirahatan terakhir, sedikitpun tak merasa malu sebagai ruang kedua, sedikitpun tak berharap embun tetap bergenang di ruangnya, sedikitpun tak meminta embun yang sama kembali esok untuk menyejukkan altarnya.

Adanya embun pun demikian, selalu memberi kesejukan tanpa pernah berharap apalagi meminta ruang untuk suatu keabadian. pasrah mengembara seakan itulah tujuan dari kehidupan. menyejukkan tanpa imbalan.

Berharap, bijak di saat menjadi daun, merelakan sesuatu yang datang hilang tanpa ada ratapan ataupun penyesalan, karena semua adalah sketsa perjanjian ketika memulai kehidupan.

Bijak, disaat menjadi tanah, meskipun menjadi tempat kedua, namun masih menikmati  anugerah dari Pemilik Alam. Tiada rasa tak puas apalagi lari dari kenyataan.

Bahkan disaat sebagai embun, yang hanya bisa memberi kesejukan tanpa bisa menikmati dari apa yang diberikan, adalah rekayasa kehidupan yang menyisakan ketegaran untuk tetap bertahan. bukankah hidup hanya sesat, mengapa tidak menjadi yang bermanfaat meskipun tidak mendapat nikmat.

Karena kehidupan,,, kemarin adalah pengalaman yang tak kan terulang. hari ini adalah kenyataan yang penuh tantangan, sedang esok hanya harapan dalam catatan Pemilik Kehidupan. Semoga...!!!